Ketik News - Jakarta - Berbagai jajak pendapat saat ini menunjukkan nama Prabowo cukup kuat di mata pemilih. Memang jalan masih terjal, antara lain karena peraturan pemilihan mensyaratkan bahwa partai yang mengajukan nama calon harus memperoleh setidaknya 20 persen kursi DPR. Pada pemilu 2009, Gerindra hanya memperoleh 4,6 persen suara. Karena itu, agar Prabowo maju, Gerindra hampir pasti harus berkoalisi dengan partai-partai lain.
Namun itu bukan soal yang khas dialami Gerindra. Calon-calon lainpun menghadapi masalah serupa. Karena itu, bila popularitas Prabowo terus meningkat, sangat mungkin ia akan dipinang oleh partai-partai yang bersedia bergabung.
Saat ini berbagai jajak pendapat menunjukkan dukungan terhadap Prabowo sangat signifikan. Survei SSS menempatkan Prabowo sebagai capres terpopuler dengan angka 28 persen.
Seper ti dikatakan analis politik Universitas Indonesia Nur Iman Subono, Prabowo memang punya banyak nilai jual. “Dia nampak sebagai pemimpin yang bisa tegas, tidak seperti presiden sebelumnya yang sama-sama jenderal tapi sering nampak ragu-ragu,” kata Nur Iman.
“ Dia juga berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang pro ekonomi rakyat, nasionalis, bersih dari korupsi dan berani melawan para pemodal besar atau dominasi modal asing,” tambah Nur Iman.
Soal pencitraan ini memang terus digenjot oleh Prabowo dan Gerindra. Ia terlihat sebagai tokoh yang paling sering memanfaatkan hari-hari besar – dari hari Ibu, Natal, Idul Fitri, hari Pendidikan Nasional – untuk menyapa rakyat Indonesia melalui iklan-iklan televisi yang mampu menjangkau jutaan penonton. Rangkaian iklan itupun dirancang oleh perusahaan periklanan transnasional terkemuka.
Lebih dari itu, Prabowo juga membangun basis akar rumputnya dengan menjadi Ketua Umum organisasi-organisasi besar seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) serta Asosiasi Pedagang Pasar di Seluruh Indonesia. Pada 2009 lalu, pencalonan Prabowo juga mendapat dukungan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia.
Gerindra sendiri mengembangkan anakanak organisasi yang menjangkau berbagai segmen penduduk: kaum muda, perempuan, umat Islam, umat Kristen, dan lainnya. Prabowo serius mendidik para kadernya. Ia membangun kompleks pelatihan di lahan seluas 4,8 hektar di daerah Bukit Hambalang, untuk menggembleng kader-kader mudanya dengan gaya pendidikan militer.
Prabowo mengakui bahwa ia kepalang sudah mendapat brand image tertentu. “Kalau mendengar nama Prabowo, orang akan ingat tentara, lalu Komandan Kopassus, lalu kudeta,” ujarnya di acara SSS tersebut.
Namun nampaknya itu tidak diucapkannya dengan nada penyesalan. Faktanya, Prabowo memang berusaha membangun imej sebagai seorang pemimpin militer yang keras dan tegas.
Terakhir, kesan itu ia tampilkan saat diundang berceramah di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University, Singapura, Agustus lalu. Dalam ceramah di sekolah prestisius itu, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang ‘berani dan kuat’.
Pernyataan itu sempat menuai banyak tanggapan. Ketika Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto juga diundang bicara di tempat yang sama pada bulan Desember, ia dengan spesifik menyatakan bahwa Indonesia tidak membutuhkan “orang kuat yang mengintervensi dan mendominasi berbagai aspek kehidupan.”
Namun itu bukan soal yang khas dialami Gerindra. Calon-calon lainpun menghadapi masalah serupa. Karena itu, bila popularitas Prabowo terus meningkat, sangat mungkin ia akan dipinang oleh partai-partai yang bersedia bergabung.
Saat ini berbagai jajak pendapat menunjukkan dukungan terhadap Prabowo sangat signifikan. Survei SSS menempatkan Prabowo sebagai capres terpopuler dengan angka 28 persen.
Seper ti dikatakan analis politik Universitas Indonesia Nur Iman Subono, Prabowo memang punya banyak nilai jual. “Dia nampak sebagai pemimpin yang bisa tegas, tidak seperti presiden sebelumnya yang sama-sama jenderal tapi sering nampak ragu-ragu,” kata Nur Iman.
“ Dia juga berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang pro ekonomi rakyat, nasionalis, bersih dari korupsi dan berani melawan para pemodal besar atau dominasi modal asing,” tambah Nur Iman.
Soal pencitraan ini memang terus digenjot oleh Prabowo dan Gerindra. Ia terlihat sebagai tokoh yang paling sering memanfaatkan hari-hari besar – dari hari Ibu, Natal, Idul Fitri, hari Pendidikan Nasional – untuk menyapa rakyat Indonesia melalui iklan-iklan televisi yang mampu menjangkau jutaan penonton. Rangkaian iklan itupun dirancang oleh perusahaan periklanan transnasional terkemuka.
Lebih dari itu, Prabowo juga membangun basis akar rumputnya dengan menjadi Ketua Umum organisasi-organisasi besar seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) serta Asosiasi Pedagang Pasar di Seluruh Indonesia. Pada 2009 lalu, pencalonan Prabowo juga mendapat dukungan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia.
Gerindra sendiri mengembangkan anakanak organisasi yang menjangkau berbagai segmen penduduk: kaum muda, perempuan, umat Islam, umat Kristen, dan lainnya. Prabowo serius mendidik para kadernya. Ia membangun kompleks pelatihan di lahan seluas 4,8 hektar di daerah Bukit Hambalang, untuk menggembleng kader-kader mudanya dengan gaya pendidikan militer.
Prabowo mengakui bahwa ia kepalang sudah mendapat brand image tertentu. “Kalau mendengar nama Prabowo, orang akan ingat tentara, lalu Komandan Kopassus, lalu kudeta,” ujarnya di acara SSS tersebut.
Namun nampaknya itu tidak diucapkannya dengan nada penyesalan. Faktanya, Prabowo memang berusaha membangun imej sebagai seorang pemimpin militer yang keras dan tegas.
Terakhir, kesan itu ia tampilkan saat diundang berceramah di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University, Singapura, Agustus lalu. Dalam ceramah di sekolah prestisius itu, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang ‘berani dan kuat’.
Pernyataan itu sempat menuai banyak tanggapan. Ketika Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto juga diundang bicara di tempat yang sama pada bulan Desember, ia dengan spesifik menyatakan bahwa Indonesia tidak membutuhkan “orang kuat yang mengintervensi dan mendominasi berbagai aspek kehidupan.”
0 komentar to "Indonesia 2014 Butuh Orang Kuat"